Kamis, 30 Desember 2010

SIRAH NABAWIYAH ( 01 ) Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury Sumber : Kitab Ar-Rahiqul Makhtum


POSISI BANGSA ARAB DAN KAUMNYA


Pada hakikatnya istilah Sirah Nabawiyah merupakan ungkapan tentang risalah yang
dibawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam kepada manusia, untuk mengeluarkan
mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari 'ibadah kepada hamba menuju 'ibadah kepada
Allah. Dan tidak mungkin bisa menghadirkan gambarannya yang amat menawan secara
pas dan mengena kecuali setelah melakukan perbandingan antara latar belakang risalah ini
(risalah Nabawiyyah) dan pengaruhnya. Berangkat dari sinilah kami merasa perlu
mengemukakan fasal yang berbicara tentang kaum-kaum 'Arab dan perkembangannya
sebelum Islam, serta tentang kondisi-kondisi saat Nabi Muhammad diutus.
Posisi Bangsa Arab
Menurut bahasa, 'Arab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada air dan
tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah
Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan
daerah tertentu, lalu mereka menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Jazirah Arab dibatasi Laut Merah dan gurun Sinai di sebelah barat, di sebelah timur
dibatasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq bagian selatan, di sebelah selatan
dibatasi laut Arab yang bersambung dengan lautan India dan di sebelah utara dibatasi
negeri Syam dan sebagian kecil dari negara Iraq, sekalipun mungkin ada sedikit perbedaan
dalam penentuan batasan ini. Luasnya membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga
ratus ribu mil.
Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat besar karena letak geografisnya. Sedangkan
dilihat dari kondisi internalnya, Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan pasir di segala
sudutnya. Karena kondisi seperti inilah yang membuat jazirah Arab seperti benteng
pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan bangsa asing untuk menjajah,
mencaplok dan menguasai Bangsa Arab. Oleh karena itu kita bisa melihat penduduk
jazirah Arab yang hidup merdeka dan bebas dalam segala urusan semenjak zaman dahulu.
Sekalipun begitu mereka tetap hidup berdampingan dengan dua imperium yang besar saat
itu, yang serangannya tak mungkin bisa dihadang andaikan tidak ada benteng pertahanan
yang kokoh seperti itu.


S i r a h N a b a w i y a h | 2
Sedangkan hubungannya dengan dunia luar, Jazirah Arab terletak di benua yang sudah
dikenal semenjak dahulu kala, yang mempertautkan daratan dan lautan. Sebelah barat
Laut merupakan pintu masuk ke benua Afrika, sebelah timur laut merupakan kunci untuk
masuk ke benua Eropa dan sebelah timur merupakan pintu masuk bagi bangsa-bangsa
non-Arab, timur tengah dan timur dekat, terus membentang ke India dan Cina. Setiap
benua mempertemukan lautnya dengan Jazirah Arab dan setiap kapal laut yang berlayar
tentu akan bersandar di ujungnya.
Karena letak geografisnya seperti itu pula, sebelah utara dan selatan dari jazirah Arab
menjadi tempat berlabuh berbagai bangsa untuk saling tukar-menukar perniagaan,
peradaban, agama dan seni.
Kaum-kaum Arab
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal-bakalnya, para sejarawan membagi kaum-kaum
Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
Arab Bâ-idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin
sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti 'Ad, Tsamud, Thasm, Judais,
'Imlaq dan lain-lainnya.
Arab 'ÂAribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub
bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
Arab Musta'ribah. yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang
disebut pula Arab 'Adnaniyah.
Tempat kelahiran Arab 'ÂAribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu
berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal adalah dua kabilah:
Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur,
Qudhâ'ah dan Sakâsik.
Kahlân, yang terdiri dari beberapa suku terkenal yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi',
Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj, anak keturunan Jafnah raja Syam
dan lain-lainnya. Suku-suku Kahlân banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu
menyebar ke berbagai penjuru Jazirah menjelang terjadinya banjir besar saat mereka
mengalami kegagalan dalam perdagangan. Hal ini sebagai akibat dari tekanan Bangsa
Romawi dan tindakan mereka menguasai jalur perdagangan laut dan setelah mereka
menghancurkan jalur darat serta berhasil menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain)
dikatakan : bahwa mereka hijrah setelah terjadinya banjir besar tersebut.


S i r a h N a b a w i y a h | 3
Juga tidak menutup kemungkinan jika hal itu sebagai akibat dari persaingan antara sukusuku
Kahlan dan suku-suku Himyar, yang berakhir dengan keluarnya suku-suku Himyar
dan pindahnya suku-suku Kahlân.
Suku-Suku Kahlân yang berhijrah bisa dibagi menjadi empat golongan :
Azd ; Kehijrahan mereka langsung dipimpin oleh pemuka dan pemimpin mereka, 'Imran
bin 'Amru Muzaiqiya'. Mereka berpindah-pindah di negeri Yaman dan mengirim para
pemandu; lalu berjalan ke arah utara dan timur. Dan inilah rincian akhir tempat-tempat
yang pernah mereka tinggali setelah perjalanan mereka tersebut : Tsa'labah bin Amru
pindah dari al-Azd menuju Hijaz, lalu menetap diantara (tempat yang bernama)
Tsa'labiyah dan Dzi Qar. Setelah anaknya besar dan kuat, dia pindah ke Madinah dan
menetap disana. Dan diantara keturunan Tsa'labah ini adalah Aus dan Khazraj, yaitu dua
orang anak dari Haritsah bin Tsa'labah.
Diantara keturunan mereka yang bernama Haritsah bin 'Amr (atau yang dikenal dengan
Khuza'ah) dan anak keturunannya berpindah ke Hijaz, hingga mereka singgah di Murr
azh-Zhahran, yang selanjutnya membuka tanah suci dan mendiami Makkah serta
mengekstradisi penduduk aslinya, al-Jarahimah. Sedangkan 'Imran bin 'Amr singgah di
Omman lalu bertempat tinggal di sana bersama anak-anak keturunannya, yang disebut
Azd Omman, sedangkan kabilah-kabilah Nashr bin aI-Azd menetap di Tuhâmah, yang
disebut Uzd Syanû-ah. Jafnah bin 'Amr pergi ke Syam dan menetap di sana bersama anak
keturunannya. Dia dijuluki Bapak para raja al-Ghassâsinah, yang dinisbatkan kepada mata
air di Hijaz, yang dikenal dengan nama Ghassân yang telah mereka singgahi sebelum
akhimya pindah ke Syam.
Lakhm dan Judzam; mereka pindah ke bagian Timur dan Barat. Tokoh di kalangan
mereka adalah Nashr bin Rabi'ah, pemimpin raja-raja Al-Manadzirah di Hirah.
Bani Thayyi' ; Mereka berpindah ke arah utara setelah perjalanan Azd hingga singgah di
antara dua gunung; Aja dan Salma, dan akhirnya menetap di sana dan kedua gunung
tersebut kemudian dekenal dengan dua gunungThayyi'.
Kindah; Mereka singgah di Bahrain, kemudian terpaksa meninggalkannya dan singgah di
Hadhramaut. Namun nasib mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang menimpa mereka
saat berada di Bahrain, hingga mereka pindah lagi ke Najd. Di sana mereka mendirikan
pemerintahan yang besar dan kuat. Tapi pemerintahan itu cepat berakhir tanpa
meninggalkan bekas sedikitpun. Di sana ada satu kabilah Himyar yaitu Qudha'ah
(meskipun masih diperselisihkan penisbatannya kepada Himyar)yang meninggalkan
Yaman dan bermukim di daerah pedalaman as-Samawah, pinggiran Iraq.*


S i r a h N a b a w i y a h | 4
* Lihat rincian tentang kabilah-kabilah ini dan hijrahnya dalam buku-buku: "Nasab Ma'd
wal Yaman al-Kabir", "Jamharatun Nasab", "al-'Iqdul Farid", "Qalaidul Jumman",
"Nihayatul Arib", "Tarikh Ibni Khaldun", "Saba-ikuz Zahab" , dll. Dan terdapat
perbedaan yang cukup mencolok dalam berbagai referensi sejarah dalam menetapkan
periode hijrah-hijrah yang mereka lakukan dan sebab-sebabnya. Tapi setelah mengamati
secara cermat dari berbagai sudut pandang, maka kami telah menetapkan pendapat yang
kami anggap kuat dalam bab ini berdasarkan dalil yang ada.


Adapun Arab Musta'ribah, mereka merupakan cikal bakal dari nenek moyang mereka
yang tertua Ibrahim 'Alaihis-Salam, yang berasal dari negeri Iraq, dari sebuah kota yang
disebut Ar, dan terletak di pinggir barat sungai Eufrat, berdekatan dengan Kufah. Cukup
banyak upaya penggalian dan pengeboran yang dilakukan untuk mengungkap rincian yang
mendetail tentang kota ini dan keluarga Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam serta kondisi religius
dan sosial yang ada di negeri itu.
Sudah diketahui bersama bahwa Ibrahim ' Alaihis Salam hijrah dari Iraq ke Hâran atau
Hirran, termasuk pula ke Palestina, dan menjadikan negeri itu sebagai pijakan/markas
dakwah beliau. Beliau banyak menyusuri pelosok negeri ini dan lainnya, dan beliau pernah
sekali mengunjungi Mesir. Fir-'aun (sebutan bagi penguasa Mesir) kala itu berupaya untuk
melakukan tipu daya dan niat buruk terhadap istri beliau, Sarah. Namun Allah membalas
tipu dayanya (senjata makan tuan). Dan tersadarlah Fir'aun itu betapa kedekatan
hubungan Sarah dengan Allah hingga akhirnya ia jadikan anaknya,** Hajar sebagai
abdinya (Sarah). Hal itu dia lakukan sebagai tanda pengakuannya terhadap keutamaannya,
kemudian dia (Hajar) dikawinkan oleh Sarah dengan Ibrahim. Ibrahim Alaihis Salam
kembali ke Palestina dan Allah menganugerahinya Isma'il dari Hajar. Sarah terbakar api
cemburu. Dia memaksa Ibrahim untuk mengekstradisi Hajar dan putranya yang masih
kecil, Isma'il. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka
berdua di suatu lembah yang tiada ditumbuhi tanaman (gersang dan tandus) di sisi Baitul
Haram, yang saat itu hanyalah berupa gunduka~gundukan tanah. Rasa gundah mulai
menggayuti pikiran Ibrahim, Beliau menoleh ke kiri dan kanan, lalu meletakkan mereka
berdua di dalam tenda, diatas mata air zamzam, bagian atas masjid. Dan pada saat itu tak
ada seorang pun yang tinggal di Makkah dan tidak ada mata air. Beliau meletakkan
didekat mereka kantong kulit yang berisi kurma, dan wadah air. Setelah itu beliau kembali
lagi ke Palestina. Berselang beberapa hari kemudian, bekal dan air pun habis. Sementara
tidak ada mata air yang mengalir. Disana tiba-tiba mata air Zamzam memancar berkat
karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi mereka berdua hingga
batas waktu tertentu. Kisah mengenai hal ini sudah banyak diketahui secara lengkapnya.


** Menurut kisah yang sudah banyak dikenal, Hajar adalah seorang budak wanita. Tetapi
seorang penulis kenamaan, al-'Allamah al-Qadhy Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury
telah melakukan penelitian secara seksama bahwa Hajar adalah seorang wanita merdeka,


S i r a h N a b a w i y a h | 5
dan dia adalah putri Fir'aun sendiri. Lihat buku "Rahmatun lil'alamin, 2/3637 dan juga
buku "Tarikh Ibni Khaldun", 2/1/77.
Suatu kabilah dari Yaman (Jurhum Kedua) datang setelah itu dan bermukim di Mekkah
atas perkenan dari ibu Isma'il . Ada yang mengatakan, mereka sudah berada di sana
sebelum itu, tepatnya di lembah-lembah di pinggir kota Makkah. Adapun riwayat Bukhari
menegaskan bahwa mereka singgah di Mekkah setelah kedatangan Isma'il dan ibunya,
sebelum Isma'il menginjak remaja. Mereka sudah biasa melewati lembah Makkah ini
sebelum itu.
Dari waktu ke waktu Ibrahim datang ke Makkah untuk menjenguk keluarganya. Dalam
hal ini tidak diketahui berapa kali kunjungan/perjalanan yang dilakukannya, Hanya saja
menurut beberapa referensi sejarah yang dapat dipercaya, kunjungan itu dilakukan
sebanyak empat kali. Allah telah menyebutkan di dalam Al-Qur'an, bahwa Dia Ta'ala
memperlihatkan Ibrahim dalam mimpinya seolah-olah dia menyembelih anaknya, Isma'il.
Maka beliau langsung melaksanakan perintah ini. Allah berfirman :
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim menbaringkan onaknya atar pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya). Dan, kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
mrmbenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan, Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. " (Ash-Shaffat: 103-107).
Didalam Kitab Kejadian disebutkan bahwa umur Isma'il selisih tiga belas tahun lebih tua
dari Ishaq. Secara tekstual, kisah ini menunjukkan bahwa peristiwa itu tejadi sebelum
kelahiran Ishaq sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah
pengupasan kisah ini secara keseluruhan.
Setidak-tidaknya kisah ini mengandung satu kisah perjalanan sebelum Isma'il menginjak
remaja. Sedangkan tiga kisah selanjutnya telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara
panjang lebar dari Ibnu 'Abbas secara marfu', yang intinya bahwa ketika remaja Isma'il
dan belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum, mereka merasa tertarik kepadanya, lalu
mereka mengawinkannya dengan salah seorang wanita golongan mereka dan saat itu ibu
Isma'il sudah meninggal dunia. Maka suatu saat Ibrahim hendak menjenguk keluarga yang
ditinggalkannya setelah terjadinya pernikahan tersebut, beliau tidak mendapatkan Isma'il,
lalu beliau bertanya kepada istrinya mengenai suaminya, Isma'il dan kondisi mereka
berdua. Istri Isma'il mengeluhkan kehidupm mereka yang melarat. Maka Ibrahim menitip
pesan agar suaminya nanti mengganti palang pintu rumahnya. Setelah diberitahu, Isma'il
mengerti maksud pesan ayahnya. Maka Isma'il menceraikan istrinya itu dan kawin lagi
dengan wanita lain, yaitu putri Madhdhadh bin 'Amr, pemimpin dan pemuka kabilah
Jurhum menurut pendapat kebanyakan (sejarawan-pen).


S i r a h N a b a w i y a h | 6
Setelah perkawinan Isma'il yang kedua ini, Ibrahim datang lagi, namun tidak bertemu
dengan Isma'il lalu akhirnya kembali ke Palestina setelah beliau menanyakan kepada
istrinya tersebit tentang Isma'il dan kondisi mereka berdua, isterinya memuij kepada Allah
(atas apa yang dianugerahkan kepada mereka berdua). Kemudian Ibrahim kembali
menitip pesan lewat istri Isma'il, agar Isma'il memperkokoh palang pintu rumahnya. Pada
kedatangan yang ketiga kalinya Ibrahim bisa bertemu dengan Isma'il, yang saat itu sedang
meraut anak panahnya di bawah sebuah pohon di dekat zamzam. Tatkala melihat
kehadiran ayahnya, Isma'il berbuat sebagaimana layaknya seorang anak yang lama tidak
bersua bapaknya, begitu juga dengan Ibrahim. Pertemuan ini terjadi setelah sekian lama
yang sangat jarang dijumpai seorang ayah yang penuh rasa kasih sayang dan lemah lembut
bisa menahan kesabaran untuk bersua anaknya, begitu pula dengan Isma'il, sebagai anak
yang berbakti dan shalih. Dan kali ini mereka berdua membangun Ka'bah dan
meninggikan pondasinya. Kemudian Ibrahim pun mengumumkan kepada khalayak agar
melakukan haji sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Dari perkawinannya dengan putri Madhdhadh, Isma'il dikaruniai oleh Allah sebanyak dua
belas orang anak yang semuanya laki-laki, yaitu: Nabat atau Nabayuth, Qidar, Adba-il,
Mubsyam, Misyma', Duma, Misya, Hidad, Yatma, Yathur, Nafis dan Qaidaman. Dari
mereka inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap
di Mekkah untuk beberapa lama. Mata pencaharian mayoritas mereka adalah berdagang
dari negeri Yaman ke negeri Syam dan Mesir. Selanjutnya kabilah-kabilah ini menyebar di
berbaga i penjuru Jazirah, dan bahkan hingga keluar Jazirah, kemudian seiring dengan
pejalanan waktu, keadaan mereka tidak lagi terdeteksi, kecuali anak keturunan Nabat dan
Qidar.
Peradaban anak keturunan Nabat mengalami kemajuan di bagian utara Hijaz. Mereka
mampu mendirikan pemerintahan yang kuat dan menguasai daerah-daerah di sekitarnya,
dan menjadikan Al-Bathra' sebagai ibukotanya. Tak seorangpun yang mampu melawan
mereka hingga datangnya pasukan Romawi yang berhasil melindas mereka. Sekelompok
Peneliti berpendapat bahwa raja-raja keturunan keluarga besar Ghassan, termasuk juga
kaum Anshor dari suku Aus dan Khazraj bukan berasal dari keturunan keluarga besar
Qahthan, tetapi mereka adalah dari keturunan keluaraga besar Nabat, anak Isma'il dan
sisa-sisa mereka masih berada di kawasan itu, dan pendapat ini diambil oleh Imam
Bukhari sedangkan Imam Ibnu Hajar menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa
anak keturunan keluarga besar Qahthan adalah berasal dari keturunan keluarga besar
Nabat.
Adapun anak keturunan Qidar bin Isma'il masih menetap di Makkah, beranak pinak di
sana hingga menurunkan 'Adnan dan anaknya Ma'ad. Dari dialah orang-orang Arab
Adnaniyah menisbatkan nasab mereka. Dan Adnan adalah nenek moyang kedua puluh
satu dalam silsilah keturunan Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam. Diriwayatkan bahwa Nabi


S i r a h N a b a w i y a h | 7
Shallallahu 'alaihi Wasallam, jika beliau menyebutkan nasabnya dan sampai kepada Adnan,
maka beliau berhenti dan bersabda, "Para ahli silsilah nasab banyak yang berdusta", lalu
beliau tidak melanjutkannya. Segolongan ulama memperbolehkan mengangkat nasab dari
Adnan ke atas dan melemahkan (mendho'ifkan) hadits yang mengisyaratkan hal itu
(hadits yang disebut diatas). Menurut mereka berdasarkan penelitian yang detail;
sesungguhnya antara Adnan dan Ibrahim 'Alaihis-Salam terdapat empat puluh keturunan.
Keturunan Ma'ad dari anaknya, Nizar telah berpencar kemana-mana (menurut suatu
pendapat, Nizar adalah satu-satunya anak Ma'ad). Dan Nizar sendiri mempunyai empat
orang anak, yang kemudian berkembang menjadi empat kabilah yang besar, yaitu: Iyad,
Anmar, Rabi'ah dan Mudhar. Dua kabilah terakhir inilah yang paling banyak marga dan
sukunya. Sedangkan dari Rabi'ah muncul Asad bin Rabi'ah, Anzah, Abdul-Qais, dua anak
Wa-il ;Bakr dan Taghlib, Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan kabilah Mudhar berkembang menjadi dua suku yang besar, yaitu Qais 'Ailan
bin Mudhar dan marga-marga Ilyas bin Mudhar. Dan dari Qais 'Ailan muncul Bani
Sulaim, Bani Hawazin, Bani Ghathafan. Kemudian dari Ghathafan muncul 'Abs,
Dzibyan, Asyja' dan Ghany bin A'shar.
Dari Ilyas bin Mudhar muncul Tamim bin Murrah, Hudzail bin Mudrikah, Bani Asad bin
Khuzaimah dan marga-marga Kinanah bin Khuzaimah. Dan dari Kinanah muncul
Quraisy, yaitu anak keturunan Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah.
Quraisy terbagi menjadi beberapa kabilah, yang terkenal adalah Jumuh, Sahm, 'Udai,
Makhzum, Tim, Zuhrah dan suku-suku Qushay bin Kilab, yaitu Abdud Dar bin Qushay,
Asad bin Abdul 'Uzza bin Qushay dan Abdu Manaf bin Qushay.
Sedangkan Abdu Manaf mempunyai empat anak: Abdu Syams, Naufal, al-Muththalib dan
Hasyim. Hasyim adalah keluarga yang dipilih oleh Allah yang diantaanya muncul
Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hasyim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam pernah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah memilih isma'il dari anak keturunan Ibrahim, memilih Kinanah dari anak
keturunan Isma'il, memilih Quraisy dari anak keturunan Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari
keturunan Quraisy dan memilihku dari keturuan Bani Hasyim. ".(H.R. Muslim dan at-Turmudzy).
Dari al-'Abbas bin Abdul Muththalib, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam
bersabda:
"Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, lalu Dia menjadikanku dan sebaik-baik golongan
mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku


S i r a h N a b a w i y a h | 8
diantara sebaik-baik kabilah, kemudian memilih beberapa keluarga Ialu menjadikanku diantara
sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah sebaik-baik jiwa diantara mereka dan sebaik-baik
keluarga diantara mereka". (Diriwayatkan oleh at-Turmudzy).
Setelah anak-anak 'Adnan beranak-pinak, mereka berpencar diberbagai tempat di penjuru
jazirah Arab, menjelajahi tempat-tempat yang banyak curah hujannya dan ditumbuhi oleh
tanaman.
Abdul Qais dan keturunan Bakr bin Wa-il serta keturunan Tamim pindah ke Bahrain dan
menetap di sana. Sedangkan Bani Hanifah bin Sha'b bin Ali bin Bakr bergerak menuju
Yamamah dan singgah di Hijr, ibukota Yamamah. Semua keluarga Bakr bin Wa-il
menetap di berbagai penjuru tanah Jazirah, mulai dari Yamamah, Bahrain, Saif Kazhimah
hingga mencapai laut, kemudian tanah kosong Iraq, al-Ablah hingga Haita.
Taghlib menetap di Jazirah dekat kawasan Eufrat, diantaranya terdapat suku-suku yang
pernah hidup berdampingan dengan (kabilah) Bakr sedangkan Bani Tamim menetap di
daerah pedalaman Bashrah. Bani Sulaim menetap dekat Madinah, dari Wadi al-Qura
hingga ke Khaibar hingga bagian timur Madinah mencapai batas dua gunung hingga
berakhir di kawasan pegungan Hurrah. Sementara Tsaqif menetap di Tha'if dan Hawazin
di timur Makkah dipinggiran Authas yaitu dalam perjalanan antara Makkah dan Bashrah.
Dan Bani Asad bermukim di timur Taima' dan barat Kufah. Mereka dan Taima' diantarai
perkampungan Buhtur dari suku Thayyi'. Sedangkan masa perjalanan mereka dan Kufah
ditempuh selama lima hari. Ada lagi suku Dzubyan yang bermukim di dekat Taima'
menuju Huran. Di Tihamah tersisa beberapa suku-suku Kinanah, sedangkan di Makkah
tinggal suku-suku Quraisy. Mereka berpencar-pencar dan tidak ada sesuatupun yang bisa
menghimpun mereka, hingga muncul Qushay bin Kilab. Dialah yang menyatukan mereka
dan membentuk satu kesatuan yang bisa mengangkat kedudukan dan martabat

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar

FIRMAN GUNS. Diberdayakan oleh Blogger.